6 (Enam) Tradisi Puasa Yang Hilang Gara-Gara Virus Corona

0

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Foto hanya ilustrasi

Ada yang beda dengan menjelang ramadhan atau bulan puasa kali ini, dengan mewabahnya virus Covid-19 banyak hal yang menjadi kebiasaan atau tradisi masyarakat Indonesia yang hilang dan sengaja dihilangkan untuk menekan penyebaran virus corona ini, maklum hingga saat ini data korban virus covid-19 per tanggal 23/04/2020  positif terinveksi 7.775 Org, ODP 195.948 Org, PDP 18.283 Org dan meninggal 647 org. Berikut saya rangkum 6 (Enam)  Tradisi yang hilang sebagai berikut :

  1. Papajar (Menurut Orang sunda Cianjur) atau darma wisata menjelang memasuki bulan puasa, biasanya kegiatan ini berlangsung sebulan sebelum masuk bulan puasa. Masyarakat indonesia menyerbu tempat wisata yang ada di daerahya atau ke daerah lain biasanya yang paling favorit wisata pantai, menjelang kegiatan ini hampir semua tempat wisata penuh sehingga membuat lonjakan pendapatan bagi pengelola wisata dan masyarakat yang suka menjajakan makanan namun tahun ini semua tempat wisata di tutup pemerintah sampai batas waktu yang tidak ditentukan hal ini nyaris membuat lumpuh lokasi wisata dan kerugian untuk pengelola wisata.
  2. Mudik menjelang puasa, mudik menjelang puasa biasanya selalu ramai hampir sebagian para perantau di kota bermudik ria ke kampung halamannya masing-masing. Kegiatan ini di dominasi oleh orang jawa barat, jawa timur dan jawa tengah biasanya tradisi ini beralngsung selama 2 sampai dengan 4 hari lalu mereka pergi lagi ke kota untuk bekerja seperti biasanya tapi kali ini kegiatan tersebut di hilangkan pemerintah daerah karena hampir semua pemerintah daerah melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) yang di mulai oleh Pemprov DKI Jakarta dan di ikuti oleh daerah lainnya hal ini membuat mudik menjelang puasa nyaris hilang walau sebagian orang nyolong curi start dari tenggat waktu PSBB di berlakukan.
  3. Nyekar (Mengunjungi makam orang tua atau kerabat dan leluhur) Kegiatan nyekar biasanya dilakukan oleh masyarakat sunda dan jawa, mengunjungi makam orang tua atau sodara menjelang puasa dengan kegiatan membersihkan makam dan berdoa di makam, hal ini juga membuat arus mudik menjadi lebih besar karena kegiatan nyekar hampir wajib dilakukan oleh sebagian orang muslim mereka meyakini bahwa dengan nyekar bisa memanjatkan doa kepada orang tua atau kerabat langsung dari makam.
  4. Buka Puasa Bersama, tradisi ini oleh sebagian daerah disarankan untuk tidak dilakukan untuk menekan penyebaran virus covid-19 padahal tradisi ini sudah dilakukan mungkin puluhan tahun yang lalu dan membuat puasa lebih bermakna untuk sebagian orang karena bukan hanya individu yang melakukan kegiatan ini kanto-kantor pemerintah atau perusahan BUMN dan swasta pasti setiap tahun mengagendakan buka puasa bersama.
  5. Sholat Tarawih, Sholat tarawih adalah sholat wajib selama bulan puasa dan sudah menjadi tradisi dengan melaksanakan sholat tarawih bersama di masjid atau mushola kadang di kantor-kantor pemerintah ada yang melakukan sholat tarawih bersama bahkan untuk pejabat yang muslim sering melakukan Tarling atau tarawih keliling, dengan adanya penyebaran virus covid-19 sebagian wilayah di pulau jawa dan mungkin daerah lainnya menganjurkan untuk sholat tarawih dirumah.
  6. Mudik Lebaran, nah ini yang paling krusial mudik lebaran itu agenda tahunan agama islam yang wajib dilaksanakan walaupun tidak ada aturan yang resmi yang menyebutkan harus mudik lebaran, sebelum virus ini mewabah setiap pemerintah daerah memfasilitasi mudik bersama secara gratis dengan cara menyiapkan armada bus ke daerah tujuan masing-masing namun sekarang tradisi ini dihilangkan pemerintah wajib sipatnya untuk melarang orang mudik lebaran bahkan ada sangsi kepada mereka yang melanggar aturan ini dan sekarang yang sedang ramai dan jadi polemik akibat wawancara Presiden Republik Indonesia dengan Najwa Shihab Presenter berita Nasional, pak Presiden menyebutkan MUdik dan pulang kampung beda pengertiannya kalau menurut saya sih daripada berpolemik mending diam saja toh tidak menghasilkan apa-apa dari polemik tersebut.

Dari 6 (enam) tradisi yang hilang dan sengaja dihilangkan akibat mewabahnya Virus Covid-19 nyaris membuat Bulan Puasa ini penuh ketegangan dan ketidakpastian yang paling parah lagi virus ini menyebabkan orang gelisah dan was-was selama berpuasa karena mereka dibayang-bayangi ketakutan terinveksi virus ini padahal bulan puasa atau bulan Ramadhan untuk orang muslim adalah sarana mensucikan diri setelah satu tahun bergelut dengan rutinitas, mendekatkan diri kepada Alloh SWT dengan berpuasa,tarawih,mengaji Al-Quran dan di akhir bulan puasa bersalaman juga bermaaf-maafan untuk kembali ke kesucian lagi.
Namun dari semua itu ada hikmah yang harus di ambil dari mewabahnya Virus ini karena dengan adanya Social Distancing atau pembatasan sosial membuat kita bisa berkumpul penuh seharian selama berminggu-minggu bahkan bulan dengan anak dan istri serta keluarga yang untuk sebagian orang nyaris suatu hal yang mustahil bisa berkumpul seperti ini, untuk mencegah penularan virus ini jaga kesehatan, atur pola makan, gunakan masker, rajin mencuci tangan dan bawa hand sanitizer yang lebih baik lagi tinggalah di rumah tidak bepergian kalau tidak mendesak. Semoga kita terselamatkan oleh penularan virus ini dan badai virus ini cepat berlalu sehingga kita bisa beraktifitas seperti biasanya, amin…

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

Your email address will not be published.